Seni

Pertanyaan

teknik bernyanyi masyarakat suku bangsa asli papua

1 Jawaban

  • 2. Surutnya Seni Budaya Papua
    Menyebut kata Papua, bawah sadar orang yang tinggal di luar Papua seringkali melayang pada sebuah hutan belantara dengan masyarakat tanpa baju kain, yang berjalan sambil menggendong babi di pundak kiri dan memegang tombak atau kapak batu di tangan kanan. Dan ketika menyebut seni-budaya Papua, orang akan membayangkan kumpulan laki-laki perempuan dengan seluruh tubuh penuh coretan dan lumpur, menari tak beraturan sambil menjerit-jerit memanggil roh nenek moyangnya. Tak jarang orang yang tinggal di Jawa merasa ngeri untuk pergi ke Papua. Selain jaraknya yang jauh, mereka akan memikirkannya lagi berkali-kali ketika ada yang berpesan “Awas, nanti kamu dimakan oleh suku asli...”

    Tak dapat dipungkiri bahwa gambaran orang Papua masih hidup dalam situasi primitif, memuja kanibalisme dan ilmu hitam, hingga kini masih tersisa di benak orang-orang di luar Papua. Pandangan ini dilekatkan dan dipromosikan sejak abad 17 oleh para antropolog yang datang ke Papua. Luigi Maria D'Albertis (1876) salah satu contohnya, antropolog ini berangkat ke Papua dengan pasukan bersenjata dan bekal amunisi lebih lengkap dari pada peralatan seorang periset. Saat pulang ke negerinya, D'Albertis memenuhi kapalnya dengan koleksi kapak batu, panah, tombak, serta potongan tubuh dan tegkorak kepala manusia papua, di samping specimen tumbuh-tumbuhan dan serangga. Barang-barang itu dibawanya ke museum di negeri asalnya sebagai tanda prestasi invensi intelektual yang luar biasa.

    Cara yang dipakai oleh para antropolog tempo dulu, juga menjadi salah satu taktik yang sering dipraktekkan oleh militer di Papua saat ini. Anggota pasukan yang diturunkan di Papua selain dibebani tugas mempertahankan kesatuan NKRI, mereka juga membayangkan dirinya sedang dalam misi untuk merubah “orang kanibal agar menjadi lebih beradab” (civilizing). Dan taktik yang digunakan adalah secara langsung bertempur dengan orang-orang Papua yang “liar” itu. Hal ini tergambar jelas saat seorang penduduk Enarotali-Papua Tengah bernama Igiyouda yang tertangkap tentara dan akhirnya dieksekusi: ia ditemukan mati dalam keadaan tubuh ditusuk besi panas dari anus tembus hingga mulutnya. Pada bulan September 2001, mayat pemuda berusia 32 tahun bernama Wellem Korwam ditemukan terapung di tepi pantai dekat Wasior. Kondisi mayat Korwam mengingatkan kita pada tubuh mayat-mayat yang dibawa oleh antropolog D'Albertis ratusan tahun lalu: ia dimutilasi menjadi tujuh potongan[1].

    Lalu, siapa yang sesungguhnya kanibal?

    Sikap arogan dan ketidakpahaman terhadap budaya lokal Papua telah mengakibatkan pandangan dan sikap subordinatif yang tersturuktur serta pelecehan yang mematikan. Adalah sebuah kesalahan sejarah sangat fatal ketika orang melihat dan memahami Papua sebagai gudang kekayaan sumber alam belaka dan melupakan bahwa di dalamnya hidup jutaan manusia Papua. Namun pandangan inilah yang saat ini menguasai benak penguasa dan pemodal yang meneteskan air liur saat merancang investasi masa depan, sembari berpikir bagaimana mengeliminasi berbagai kendala yang mungkin dihadapi saat mengeksplorasi keseluruhan permukaan dan perut bumi Papua. Cara eliminasi itu bisa berwujud fisik atau pun kultural.

    Ketika tidak bisa lagi meniadakan penduduk setempat secara fisik, para imperialis kemudian akan mengeliminir mereka secara kultural, dengan mengatakan bahwa penduduk Papua tidak memiliki kebudayaan, atau dengan dalih bahwa kebudayaan Papua rendah dan tidak beradab. Mitos tentang koteka, jaman batu dan lain-lain kemudian sengaja dipupuk karena mendukung cara berpikir penguasa.

    Sejak hadirnya misionaris kristen, beberapa seni budaya Papua mengalami penaklukan karena dianggap sebagai artikulasi paham animis, bahkan disebut kafir (misalnya seni Wor Biak). Upacara tradisi kultural dalam skala besar hanya mampu bertahan hingga tahun 1950. Perkembangan selanjutnya, Katholik dan Protestan saling berlomba dalam merebut wilayah dan umat (manusia Papua) untuk di-Kristenkan berdasarkan theologi barat.

Pertanyaan Lainnya