1.apakah dengan tampilnya Dinasti Syailendra memerintah Mataram berarti Dinasti Sanjaya telah habis? 2.Apa yang membuktikan bahwa agama yang berkembang di keraj
Pertanyaan
2.Apa yang membuktikan bahwa agama yang berkembang di kerajaan Kutai adalah Hindu Siwa?
1 Jawaban
-
1. Jawaban diahviolin
Kelas: X
Mata Pelajaran: Sejarah
Materi: Masa Kerajaan Hindu dan BuddhaKata Kunci: Dinasti Syailendra, Kutai
Pembahasan:1. Apakah dengan tampilnya Dinasti Syailendra memerintah Mataram berarti Dinasti Sanjaya telah habis?
Tidak, Dinasti Syailendra memindahkan pusat kekuasaannya ke Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan, setelah kehilangan kekuasaannya di Mataram.
Dinastisti Sailendra adalah dinasti beragama Buddha yang memerintah di Mataram dan Sriwijaya. Dinasti ini disebutkan dalam prasasti Sojomerto yang menyebut pendirinya bernama Dapunta Syailendra. Dinasti ini adalah pembangun Candi Borobudur.
Dinasti ini kehilangan kekuasaan di Mataram ke Dinasti Sanjaya yang dipimpin oleh Rakai Pikatan, yang menikahi puteri Pramodhawardhani, anak raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra, dan mengusir raja balaputradewa dari Dinasti Sailendra ke Sriwijaya.
2.Apa yang membuktikan bahwa agama yang berkembang di kerajaan Kutai adalah Hindu Siwa?
Bukti yang ada adalah prasasti Yupa yang mencatat pemberian raja Kutai kepada para Brahmana, yang merupakan kalangan pendeta agama Hindu.
Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu yang berada di wilayah Kalimantan Timur. Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia yang terdapat bukti keberadaanya.
Prasasti ini mencatat nama tiga raja Kutai yaitu Kudungga, anaknya Aswawarman dan cucunya Mulawarman. Nama Kudungga adalah dari bahasa asli Kutai, sedang nama Aswawarman dan Mulawarman adalah dari bahasa Sansekerta dari India. Dengan ini diduga bahwa Aswawarman adalah raja Kutai pertama yang memeluk agama Hindu dan mengadopsi kebudayaan India.
Prasasti yupa yang berbahasa Sansekerta dan ditulis dalam hurif Pallawa ini berisi tentang pemberian 20000 sapi kepada para brahmana atau pendeta agama Hindu. Prasasti ini juga mencatat upacara pelepasan kuda oleh Mulawarman. Kuda ini dibiarkan bebas di tanah kerajaan sebagai bukti kekuasaan dari sang raja Mulawarman.