faktor yang menyebabkan Rosulullah bertahannus apa?
B. Arab
Annasustanti
Pertanyaan
faktor yang menyebabkan Rosulullah bertahannus apa?
1 Jawaban
-
1. Jawaban BiandaRamadhinaa08
Telah lahir Sang Nabi, pembawa petunjuk nan cemerlang
Semesta alam pun berpendar sangat benderang
Mulut zaman tiada henti dan senantiasa menggemakan
Senyuman, pujian, serta sanjungan
Jibril dan para malaikat pun mengitarinya senantiasa
Karena berita gembira ‘tuk agama dan dunia sertai kelahirannya
‘Arasy bangga dan surga tak kalah ceria
Sidrah Al-Muntaha dan Mutiara Putih pun berdendang ria
(Ahmad Syauqi)
Tadi malam, selepas melaksanakan shalat tarawih, entah kenapa benak penulis tiba-tiba “melayang-layang” menuju ke Gua Hira’, sebuah gua yang terletak sekitar lima kilometer dari Masjid Al-Haram. Tentu kita semua tahu, di gua itulah Rasul Saw., sebelum diangkat sebagai Utusan Allah Swt., menyingkir dari keriuhrendahan kehidupan ramai di Kota Makkah kala itu. Kadang, beliau tinggal di sana selama satu bulan. Lebih-lebih di bulan Ramadhan. Hal yang demikian itu beliau lakukan selama sekitar tujuh tahun. Enam bulan terakhir beliau meningkatkan frekuensi kunjungannya ke gua itu. Peristiwa ini sendiri menandai dimulainya suatu karya kenabian, dengan diterimanya wahyu pertama dari Allah Swt. di hari Senin, 17 Ramadhan/6 Agustus 610 M (menurut Ibn Sa‘d dalam karyanya Al-Thabaqât Al-Kubrâ), kala beliau sedang khusuk bertafakkur, “Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-‘Alaq [96]: 1-5).
Itulah saat penobatan Muhammad bin ‘Abdullah sebagai Nabi Allah. Saat menerima pengangkatan menjadi Nabi ini, usia beliau mencapai 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut tahun Bulan (Qamariyyah) atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurun tahun Matahari (Syamsiyyah). Di sini timbul pertanyaan: mengapa Rasulullah Saw. bertahannuts (menyendiri, merenung, dan beribadah) di Gua Hira’?
Tugas utama kenabian yang dipikul Rasul Saw. adalah untuk mengantarkan masyarakat menuju cita ideal yang dikehendaki Allah Swt. Tindakan menyendiri ke tempat yang sepi dan terpisah dari riuh rendah kehidupan masyarakat ramai tersebut sejatinya adalah sebagai persiapan untuk menerima dan melaksanakan tugas besar tersebut. Sebab, setiap tindakan besar yang hendak mengubah dan membentuk dunia sulit terjadi jika tidak ada seorang “agen” atau pribadi yang sadar dengan dua kemampuan sekaligus. Pertama, kemampuan untuk melakukan penjarakan terhadap kenyataan yang kongkrit (detachment). Dengan mengambil jarak atas kenyataan itu, seorang “agen” akan mampu melihat dunia dengan seluruh kekurangan, kelebihan, dan kemungkinan-kemungkinannya. Dunia tak bisa diubah dan diantarkan menuju kemungkinan yang lebih baik, jika seorang “agen” tenggelam sepenuhnya dalam kepenuhan dunia itu sendiri. Kedua, kemampuan untuk terlibat kembali selepas momen penjarakan dilakukan beberapa saat (reattachment). Saat pengambilan jarak, atau dalam kasus Rasulullah Saw. disebut tahannuts, hanyalah situasi sementara agar seorang “agen” bisa berada di “luar” dunia. Saat terpenting justru berada kembali di “dalam” dunia untuk mengubah dan mentransformasikannya sesuai “gambar” yang dikehendaki seorang agen.
.